Minggu, 24 Juni 2012

Makalah Jaringan Tumbuhan


M A K A L A H
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1
JARINGAN TUMBUHAN


LOGO PORTOFOLIO
 






OLEH:
       KELOMPOK VII
MOH. ADZIM
JUMRA NADILLA
ZAENAB
NI DEWA AYU PUTU NITA PARWATI
MITRAWATI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011


KATA PENGANTAR

ﺑﺴﻡ ﺍﷲ ﺍﻠﺭّﺣﻤنﺍﻠﺭّﺣﻴﻡ
ﺍﻠﺣﻤﺩ ﷲ ﺍﻟذىﺍﻤﺭﻨﺎﺑﺎ ﻠﺗﻮﺤﻴد ﻮﺍﻠﻌﺑﺎدﺓ
ﺍﻠﺼّﻼﺓ ﻮ ﻠﺼّﻼﻡﻋﻠﻰ ﺮﺴﻮﻞﺍﷲ ﻮﻋﻠﻰﺍﻠﮫ ﻮﺼﺤﺒﮫ ﻮﻤﻥ ﻮﻻﻩ ﺍﻤّﺎﺒﻌﺪ


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah biologi ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan membimbing dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,khususnya kami sendiri, Amin.

Palu, 06 Maret 2012


Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang      ....................................................................
B.     Rumusan Masalah ...................................................................
C.     Tujuan .....................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN 
A.    Jaringan Muda (Meristem) .....................................................
1.      Promeristem ......................................................................
2.      Meristem Primer ...............................................................
3.      Meristem sekunder ...........................................................
B.     Jaringan Dewasa (Permanen)  ................................................     
1.    Jaringan dasar (parenkim) ................................................
2.    Jaringan Penyokong .........................................................
a.    Kolenkim ....................................................................
b.    Sklerenkim .................................................................
3.    Jaringan Epidermis ...........................................................
4.    Jaringan Pengangkut .........................................................
a.       Xilem ..........................................................................
b.      Floem .........................................................................
5.    Kambium ..........................................................................
6.     Struktur sekresi ................................................................
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................
B.     Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
                     Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal, fungsi serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya, ada dua macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat membelah, sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar maupun batang, karena biasanya terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan yang letaknya dibagian ujung dikenal sebagai pertumbuhan primer, dan semua jaringan yng terbentuk disebut jaringan primer.
                     Semua sel yang menyusun tubuh tumbuhan dewasa berasal dari kegiatan sel-sel jaringan muda. Pada proses pencapaian dewasa sel-sel tersebut tidak hanya bertambah volumenya, tetap[i strukturnya lebih termodifikasi untuk memenuhu fungsi fisiologis tertentu pada tumbuhan dewasa.
                     Modifikasi untuk memiliki fungsi yang khusus tersebut dinamakan diferensiasi, dan merupakan tahap pematangan sel.
B . Rumusan Masalah
1.      Terdiri atas apa saja jaringan tumbuhan?
2.      Seperti apa struktur dan fungsi jaringan tersebut?
C . Tujuan
1.      Untuk mengetahui bentuk, asal, fungsi, dan struktur tumbuhan.


BAB II
PEMBAHASAN
JARINGAN TUMBUHAN
                     Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel-sel tumbuhan yang mempunyai bentuk, asal, fungsi dan struktur yang sama. Jaringan pada tumbuhan terdiri atas jaringan muda (meristem) dan jaringan dewasa (permanen)
A.    Jaringan Muda (Meristem)
Jaringam meristem adalah jaringan muda yang terdiri dari sekelompok sel-sel tumbuhan yang aktif  membelah. Ciri-ciri sel yang menyusun jaringan meristem adalah ukuran selnya kecil,sel berdinding tipis, mempunyai nukleus yang relatif besar,vakuola berukuran kecil, banyak mengandung sitoplasma, selnya berbentuk kubus.
Sel-sel meristem membelah terus untuk menghasilkan sel-sel baru, beberapa hasil pembelahan akan tetap berada dalam jaringan meristem dan disebut sel inisial atau sel permulaan. Sedangkan sel-sel baru yang digantikan kedudukannya oleh sel meristem disebut derivatif atau turunan.
       Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada tiga macam meristem, yaitu : meristem apikal, lateral, dan interkalar.

Meristem apikal adalah meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang. Meristem apikal selalu  menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang.Pertumbuhan memanjang akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer.
Meristem interkalar atau meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan meristem primer dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah batang rumput-rumputan (Graminae). Pertumbuhan sel  meristem  interkalar menyebabkan pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga. Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya  akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.
         Sedangkan, dilihat dari asal terbentuknya, meristem dibedakan menjadi :
1.      Promeristem
      Adalah jaringan meristem yang telah ada ketika tumbuhan masih berada dalam masa embrional.
2.      Meristem Primer
Meristem Primer adalah meristem yang berkembang dari sel embrional. Meristem terdapat misalnya pada kuncup ujung batang dan ujung akar. Daerah meristematik di belakang promeristem mempunyai 3 jaringan meristem, yaitu : protoderma, prokambium, dan meristem dasar.
3.      Meristem Sekunder
Meristem Sekunder adalah meristem yang berkembang dari jaringan dewasa yang telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi tetapi menjadi embrional sejati.
B.     Jaringan Dewasa (Permanen)

                       Jaringan Dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi. Sifat-sifat jaringan dewasa antara lain     :
·         Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
·         Mempunyai ukuran yang relatif besar dibanding sel-sel meristem.
·         Mempunyai vakuola besar, sehingga plasma sel sedikit dan merupakan selapuit yang menempel pada dinding sel.
·         Kadang-kadang selnya telah mati.
·         Selnya telah mengalami penebalan dinding sesuai dengan fungsinya.
·         Di antara sel-selnya, dijumpai ruang-ruang antar sel.

                     Jaringan dewasa terdiri dari       :
1.      Jaringan Parenkim (Jaringan dasar)
            Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parrenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga berperan penting dalam regenerasi.
 Sel-sel parenkim yang telah dewasa dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah, dan endosperma biji.
Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain, seperti pada parenkim xilem, parenkim, floem, dan jari-jari empelur.
            Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel karena bentuk selnya membulat.
            Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk berlangsungnya proses fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk fotosintesis banyak mengandung kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel parenkim semacam ini disebut klorenkim. Cadangan makanan yang terdapat pada sel parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam plasma atau berupa kristal (amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang jumlahnya paling banyak menyusun jaringan tumbuhan.
            Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.

Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:
     1) Parenkim Asimilasi
Biasanya terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna hijau, dan buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.

2) Parenkim Penimbun
Biasanya terletak di bagian dalam tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akaL umbi lapis, akar rimpang (rizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan makanan yang berupa gula, tepung, lemak atau protein.

3) Parenkim Air
Terdapat pada tumbuhan yang hidup di daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa kering, misalnya pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya.
4) Parenkim Udara
            Ruang antar selnva besar, sel- sel penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai daun tumbuhan enceng gondok.

2.      Jaringan penyokong
            Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri
atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel.

a.       Jaringan kolenkim
         Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdining tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceous), dan bahkan pada organ dewasa. Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversible (tidak kambali ke bentuk semula) dengan adanya pertumbuhan organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak dari pada kolenkim muda.

Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah besar pectin, dan hemiselulosa, tetapi tidak menandung lignin.
                           Kolenkim terdapat dalam batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang terutama jika mendapat sinar dan apabila tidak terdapat dalam batang dan daun monkotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim diantara epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada tepat di bawah epidermis, serinkali dinding epidermis juga menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim. Pada batang, kolenkim terdapat suatu silinder atau berbentuk pita memanjang (membujur). Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun dan sepanjang tepi daun.
                                  Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada sebagian tumbuhan dikotil, misalnya tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim.
Tipe-tipe kolenkim :

Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1.Kolenkim sudut (angular kolenkim)                                                                         Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya 3 sel atau lebih. Contohnya pada tangkai Rumex, Fitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum, dan Atropa belladonna.

2. Kolenkim lamella (lamellar kolenkim)
Penealan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim lamella terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia armoracia.

3. Kolenkim lacuna (Lacunar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan dengan ruang antar sel. Kolenkim lacuna tardapat pada tangkai beberapa species Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias.
b.      Jaringan sklerenkim
Jaringan skelerenkim merupakan jaringan penunjang yang terdapat pada organ tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan ini juga melindungi bagian-bagian lunak yang lebih dalam. Jaringan sklerenkim terdiri dari sel-sel mati. Dinding sel skelerenkim sangat tebal, kuat dan mengandung lignin.
Sklerenkim merupakan jaringan yang sangat bervariasi, namun dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu serabut skelerenkim dan sklereid.
1.      Serabut Sklerenkim ( Sel Serat )
                              Serabut skelrenkim merupakan sel-sel yang panjang dan sempit yang berujung runcing. Sel-sel ini biasanya berkumpul menjadi sebuah jalur panjang, sementara ujung-unjungnya yang runcing bertumpang tindih dan menyatu dengan kuat. Berdasarkan asal mula pembentukannya serabut sklerenkim berasal dari sel-sel meristem dan lebih sering ditemukan pada daerah jaringan pembuluh.
Berdasarkan letaknya, serabut skelrenkim digolongkan menjadi serabut xiler dan serabut extraxiler. Serabut xiler merupakan serabut sklerenkim yang terdapat pada jaringan xilem dan merupakan komponen utama penyusun kayu. Serabut ekstraxiler merupakan serabut sklerenkim yang terletak diluar jaringan serabut xiler.
2.      Sklereid
Sklereid merupakan sel-sel tumbuhan yang telah mati, berbentuk bulat, dan berdinding keras yang tahan terhadap tekanan. Berdasarkan asal mula pembentukannya. Sklereid berkembang dari sel parenkim. Sklereid dapat dijumpai dalam keadaan tunggal atau berkelompok kecil diantara sel-sel lain.
3.      Jaringan epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar. Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat.  Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan epidermis daun terdapat di permukaan atas dan permukaan bawah daun. Jaringan epidermis daun tidak mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup stomata.
Epidermis berfungsi sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena penguapan (membatasi transpirasi), kerusakan mekanik (misal: diinjak-injak), perubahan temperature dan hilangnya zat-zat makanan (angin, hujan, dan lain-lain). Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel, tapi pada beberapa tumbuhan sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan sejajar dengan permukaan (periklinal), dan turunanya membelah lagi sehingga terjadi epidermis berlapis banyak (misalnya: velamen pada akar anggrek). Sebagian besar terdiri dari sesl-sel yang tak terspesialisasi. Bentuk, ukuran susunan sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis tumbuhan. Tapi semuanya rapat satu sama lain.
Menurut Bagod Sudjadi dan Siti Laila (30 : 2005), jaringan epidermis merupakan lapisan sel yang paling luar pada daun, akar, buah, biji, dan batang. Kata epidermis berasal dari bahasa Yunani (epi = di atas / menutupi; derma = kulit). Jaringan epidermis biasanya terdiri atas deretan sel tunggal yang menutupi dan melindungi semua bagian tumbuhan yang masih muda. Secara umum, fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung. Namun, sel-sel epidermis sering kali memiliki cirri dan fungsi khusus yang berkaitan dengan fungsi utama organ yang ditutupi. Jaringan epidermis dapat juga berkembang dan mengalami modifikasi menjadi sel rambut akar, sel penutup pada stomata, dan spina. Epidermis, seperti halnya kulit pada tubuh kita, yang merupakan komponen perlindungan pertama untuk melawan kerusakan fisik dan organisme-organisme patogenik.
Pada permukaan atas daun, dinding luar epidermis ada yang  membentuk  lapisan tebal yang disebut lapisan kutikula misalnya  daun keladi  dan daun pisang;  ada   yang berbulu  halus  misalnya daun durian. Stomata atau mulut daun merupakan  modifikasi  epidermis  yang  berfungsi  untuk pertukarangas. Jaringan epidermis batang  ada  yang  membentuk lapisan tebal (lapisan kutikula) atau  membentuk rambut (trikoma)  sebagai alat  perlindungan. Jaringan epidermis akar ada yang  menjadi rambut akar. Rambut akar berfungsi menyerap air dan garam mineral.

Ciri-ciri jaringan epidermis adalah:
1.      Tersusun dari sel-sel hidup.
2.      Terdiri atas satu lapis sel tunggal.
3.      Beragam bentuk, ukuran dan susunannya, tetapi biasanya tersusun rapat tidak ada ruang antar sel.
4.      Tidak memiliki klorofil.
5.      Dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang berbatasan dengan udara mengalami penebalan , sedangkan dinding sel jaringan epidermis bagian dalam yang berbatasan dengan jaringan lain dinding selnya tetap tipis.
Mengalami modifikasi membentuk derivat jaringan epidermis, misal stomata, trikomata (rambut-rambut), spina (duri), vilamen , sel kipas, sel kersik (sel silika).
4.     Jaringan Pengangkut
                        Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas pengangkut (berkas vaskuler). Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
           a.  Xilem
Pada dasarnya xilem merupakan jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea sebagai saluran transpor dan penyokong. Xilem juga dapat mempunyai serabut sklerenkim sebagai jaringan penguat, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berfungsi dalam berbagai kegiatan metabolisme.
Pada awalnya xilem merupakan hasil aktivitas meristem apikal lewat pembentukan prokambium. Xilem yang terbentuk dari prokambium dinamakan xilem primer. Bila tumbuhan ini setelah pertumbuhan primernya lengkap, kemudian membentuk jaringan sekunder sebagai hasil aktivitas kambium, maka xilem yang terbentuk itu dinamakan xilem sekunder. Meskipun xilem primer dan xilem sekunder itu tidak berbeda bentuknya, tetapi keduanya akan berbaur pada pertumbuhan selanjutnya.
Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan perkembangan dan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem) dengan xilem yang dibentuk kemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki tempat yang khas dalam struktur jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan tingkat tinggi, protoxilem batang letaknya paling dekat dengan empulur (di tengah, disebut xilem endarch) sedang di akar letaknya di sebelah luar metaxilem (disebut xilem exarch)
Jaringan Xilem terdapat pada bagian kayu tanaman. Xilem terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
·         Trakeid dan Trakea
Telah menjadi anggapan umum bahwa trakeid merupakan unsur xilem yang lebih primitif dibanding trakea karena tumbuhan anggota Pteridophyta, Gymnospermae dan Spermatophyta fosil hanya mempunyai trakeid. Trakea dianggap berasal dari trakeid. Keduanya dalam keadaan dewasa berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder terdiri dari lignin dan tidak mengandung kloroplas. Perbedaan pokok antara keduanya adalah bahwa pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang) sedangkan pada trakea ujung-ujungnya penuh lubang-lubang. Transpor air dan zat hara dalam trakea dapat berlangsung antara sel yang satu dengan sel lain secara bebas lewar perforasi, sedangkan dalam trakeid peristiwa itu berlangsung lewat noktah antara sel-selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian sehingga merupakan deretan memanjang (ujung bertemu ujung) dan perforasi pada ujung sel itu sangat sempurna atau bahkan dinding selnya hilang sehingga membentuk pipa panjang. Setelah terbentuk pipa ini, dinding yang tidak mengalami perfoasi mengadakan penebalan sekunder. Bentuk penebalan tersebut dapat seperti cincin, spiral atau jala. Tidak selalu ketiga bentuk itu dapat dijumpai pada tumbuhan yang sama
·         Serabut Xilem
Serabut ini strukturnya serupa serabut sklerenkim meskipun asalnya dari trakeid yang berdiferensiasi lebih lanjut dengan dinding yang tebal dan noktah sederhana. Serabut dan trakeid saling melekat sehingga sulit dipisahkan, tetapi umunya sel serabut lebih panjang dari trakeid karena ujungnya yang runcing dapat masuk di antara sel-sel sewaktu memanjang. Serabut xilem ini terlihat jelas pada xilem yang unsurnya terdiri dari trakeid dan trakea, sedang xilem yang hanya terdiri dari trakeid, serabut itu tidak jelas adanya.
·         Parenkim Xilem
Seperti halnya parenkim di tempat lain, sel-sel ini merupakan sel hidup, terdapat baik pada xilem primer maupun sekunder. Pada xilem sekunder, parenkim itu berasal dari kambium yang berbentuk fusiform atau bentuk sel jari-jari, sehingga diperoleh sel-sel yang sumbu panjangnya mengikuti arah jari-jari organ. Sel-sel parenkim ini mengandung berbagai senyawa umumnya tepung atau lipid, karena parenkim berfungsi sebagai penimbun cadangan makanan.
b. Floem
Floem juga merupakan jaringan kompleks, terdiri dari beberapa unsur dengan tipe yang berbeda, yaitu buluh tapisan, sel pengiring, parenkim, serabut dan sklereid. Kadang-kadang ada sel atau jaringan sekretori yang bergabung di dalamnya, misalnya kelenjar getah. Fungsi floem sebagai jaringan translokasi bahan organik (asimilat) yang terutama berisi karbohidrat. Dalam jumlah kecil ditemukan juga asam amino dan hormon.
Seperti halnya pada xilem, floem yang berasal dari perkembangan prokambium disebut floem primer dan yang merupakan hasil perkembangan kambium disebut floem sekunder. Harus diperhatikan di sini bahwa floem dan xilem yang strukutur dan fungsinya berbeda itu pada pertumbuhan sekundernya berasal dari sel yang sama. Meskipun pada mulanya berkas-berkas floem letaknya terpisah, tetapi pada perkembangan selanjutnya akan membentuk kesatuan sistem karena saling beranastomisis (membentuk anyaman).
Jaringan Floem terdapat pada bagian kulit kayu. Jaringan Floem terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
·         Pembuluh
Unsur penyusun pembuluh terdiri dari dua bentuk yaitu sel tapisan yang merupakan sel tunggal dan bentuknya memanjang dengan bidang tapisan terletak di samping atau ujung sel, terdapat pada tumbuhan Pteridophyta dan Gymnospermae. Bentuk kedua adalah buluh tapisan, terdapat pada Angiospermae, berupa berkas sel-sel memanjang yang masing-masing merupakan bagian dari buluh itu dan dihubungkan oleh satu atau lebih bidang tapisan biasanya terletak di ujung sel.
Sifat khas unsur pembuluh adalah adanya bidang tapisan pada dinding selnya, serta terdapatnya modifikasi protoplas yaitu tanpa nukleus. Bidang tapisan itu merupakan sekelompok lubang-lubang yang membatasi dua sel yang berdampingan dan dihubungkan oleh benang-benang plasma yang terdapat di dalam lubang-lubang tapisan itu (semacam plasmodesma pada saluran noktah). Lubang-lubang tapisan itu biasanya dilapisi oleh kalose yaitu semacam polimer glukose, sehingga lubangnya menjadi kecil. Kalose ini akan menipis (sehingga lubangnya membesar) bila pembuluh sedang aktif menyalurkan asimilat.
Jumlah bidang tapisan yang terdapat pada pembuluh berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhannya. Selain itu besarnya lubang tapisan juga bervariasi, umumnya yang besar terdapat di ujung sel.
Dinding sel unsur penyusun pembuluh adalah selulose, tidak pernah dijumpai penebalan lignin. Nukleus tidak terdapat pada sel yang telah dewasa, dan hilangnya nukleus itu terjadi pada saat diferensiasi. Pada awalnya sel pembuluh itu serupa sel prokambium yang lain, mempunyai banyak vakuola dan intinya tegas. Kemudian inti itu mengalami disintegrasi ke dalam plasma dan plasma itu sendiri kemudian membentuk benang-benang memanjang sejajar sumbuh sel dan bersambungan dengan plasma sel sambungannya di lubang tapisan. Pada tumbuhan Dicotyledoneae pembuluh-pembuluh ini biasanya terisi lendir yang terdiri dari protein.
·         Sel Pengiring
Sel-sel pembuluh pada Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae biasanya diikuti oleh sel parenkim khusus yang disebut sel pengiring. Sel itu terbentuk dari sel induk yang sama dengan sel pembuluh. Sel intuk itu membelah satu atau dua kali secara memanjang serta tidak sama besar, menghasilkan sel pembuluh yang besar dan sel pengiring yang kecil. Dinding bersama antara sel pengiring dan sel pembuluh biasanya tipis, penuh dengan plasmodesmata. Berbeda dengan sel pembuluh, sel pengiring ini tetap mempunyai nukleus pada waktu dewasa. Sel pengiring tidak dijumpai pada tumbuhan Gymnospermae dan Pteridophyta dan juga tidak ada pata protofloem Dicotyledoneae.
·         Parenkim Floem
Selain terdiri dari pembuluh dan selpengiring, floem juga mengandung sejumlah sel parenkim yang fungsinya serupa sel parenkim lainnya, misalnya sebagai penimbun lemak dan tepung. Sel parenkim ini secara fungsional berintegrasi dengan sel pengiring. Bentuk sel parenkim ini memanjang dan sumbu panjangnya sejajar dengan sumbu berkas pengangkut.
Seperti halnya pada parenkim xilem, floem sekunder juga mempunyai dua macam bentuk parenkim sesuai dengan bentuk sel kambium yang membentuknya (fusiform atau jari-jari). Pada saat floem masih aktif, sel parenkim ini tidak mengalami penebalan dinding. Kemudian bila floem itu tidak berfungsi lagi, parenkim ini akan berubah menjadi sklerenkim atau menjadi felogen.

·         Serabut Floem
Serabut floem terdapat baik pada floem primer maupun sekunder. Serabut ini segera membentuk dinding sekunder setelah selesai pertumbuhan memanjangnya. Umumnya penebalan itu berupa lignin, ada yang selulose. Noktah yang terjadi sederhana. Serabut ini berfungsi sebagai penguat sejak awal atau terjadi dari parenkim floem setelah sel pembuluh tidak berfungsi lagi.
5.      Kambium
Kambium adalah lapisan jaringan meristematik pada tumbuhan yang sel-selnya aktif membelah dan bertanggung jawab atas pertumbuhan sekunder tumbuhan. Kambium ditemukan pada batang dan akar. Berdasarkan jaringan tetap yang dibentuknya, dikenal dua kelompok kambium, yaitu kambium gabus (felogen, phellogen) dan kambium pembuluh (vascular cambium). Kambium hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae.
Kambium gabus adalah bagian dari korteks. Aktivitasnya menghasilkan jaringan gabus (felem, phellem atau cork) ke arah luar. Jaringan gabus berfungsi untuk mengendalikan masuk dan keluarnya air, mencegah serangan hama, dan beberapa fungsi mekanik lainnya. Ke arah dalam, kambium gabus pada beberapa spesies tumbuhan menghasilkan lapisan kulit bergabus yang disebut feloderm (phelloderm).
Kambium pembuluh atau vaskular adalah bagian yang biasa disebut orang kambium saja. Kambium biasanya membatasi bagian pepagan (kulit kayu) dari kolom kayu pada batang pohon. Ke dalam, kambium akan membentuk pembuluh kayu (xilem) dan ke luar kambium membentuk pembuluh tapis (floem, phloem).
6.      Struktur sekresi
Sekresi terjadi pada semua sel tumbuhan atau pada jaringan tertentu kebanyakan tumbuhan. Pada tumbuhan, dibedakan 3 macam istilah sekresi yaitu eksresi, sekresi dan rekresi.
Jadi, sekresi meliputi pemindahan bahan dari dalam sel, apakah dari permukaan tubuh tanaman, atau kearah dalam, serta menimbun bahan-bahan sekresi pada tempat-tempat tertentu di dalam sel atau jaringan.


·         Struktur sekretori eksternal
1.      Rambut kelenjar dan kelenjar
Sekreretori eksternal mempunyai struktur, bentuk serta ukuran yang bermacam-macam, merupakan derivat epidermis dan lapisan subepidermal. Misalnya rambut kelenjar dan kelenjar. Rambut kelenjar mempunyai kepala yang mengeluarkan sekresi, dan terdiri atas satu atau banyak sel, sedang tangkai terdiri dari sel-sel yang bukan kelenjar. Rambut kelenjar dapat mengeluarkan sekresi yang berupa :
ü  Minyak, misalnya pada Mentha. Minyak ini berbentuk tetes-tetes kecil
ü  Lendir, misalnya pada tumbuhan insektivor. Pada tumbuhan ini lendir berupa mukopolisakarida, dan berfungsi untuk menjerat serangga.
ü  Garam, misalnya pada Atriplex. Ion disekresikan ke dalam yang besar yang  terdapat pada sel kepala. Apabila rmbut kelenjar mengkerut dan mengalami degenerasi, garam mengendap pada permukaan epidermis. Pada jenis lain garam langsung  disekresikan keluar.
2.      Nektaria (Kelenjar madu)
Nektar adalah cairan yang mengandung gula. Terdapat pada bunga dan pada bagian vegetatif (ekstrafloral). Jaringan sekretori ini letaknya bermacam-macam. Nektaria floral terdapat pada daun kelopak, daun mahkota bunga, pada benangsari, pada ovarium atau pada dasar bunga. Nektaria ekstrafloral terdapat pada batang, daun, stipula atau tangkai bunga.
Sel sekretori pada nektaria mempunyai sitoplasma yang padat dan vakuola kecil, sering mengandung tanin. Mitokondria mempunyai banyak ristae, ini menunjukkan bahwa sel aktif mengadakan pernafasan.
3.      Hidatoda
Hidatoda merupakan struktur pelengkap pada daun berfungsi mengeluarkan air dari dalam kepermukaan daun. Proses ini dinamakan gutasi. Hidatoda merupakan modifikasi dari bagian-bagian daun, terletak pada helaian daun atau pada ujungnya, dimana air dari xilem ditinggalkan, untuk mencapai permukaan daun.
·         Struktur sekresi internal
1.      Sel sekretori
Sel sekretori internal mempunyai kandungan yang bermacam-macam. Sel-sel sekretori sering tampak sebagai sel yang khusus. Sel-sel ini dinamakan idioblas. Sel-sel sekretori mungkin memanjang, dan panjangnya khusus, dinamakan kantong (sakus) atau buluh.
Sel sekretori mengandung substansi minyak, beberapa suku dari dikotil mengandung resin, dan yang lain mengandung lendir.
Pada kebanyakan sel sekretori, tanin merupakan substansi ergastik yang paling umum. Tanin sering berhubungan dengan ikatan pembuluh.
2.      Ruang dan saluran sekretoris
Ruang dan saluran sekretoris berbeda dengan sel sekretori karena dengan ruang atau saluran tersebut dihasilkan dengan beberapa cara :
a.       Secara lisigen, yaitu ruang antar sel yang terjadi karena lisisnya dinding sel.
b.      Secara sizogen, ruang yang terjadi karena menjauhnya sel yang satu dengan sel yang lain.
c.       Secara sizolisigen, ruang yang terjadi merupakan gabungan tipe lisigen dan sizogen. Sel saling menjauh, kemudian dinding mengalami lisis.



BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
1.      Jaringan pada tumbuhan terdiri atas jaringan meristem dan permanen.
2.      Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional ; artinya mampu membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Ciri-ciri sel meristem adalah berdinding tipis, banyak mengandung protoplasma, inti besar, dan plastida belum matang. Jaringan Meristem disebut juga jaringan muda.
3.      Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada tiga macam meristem, yaitu : meristem apikal, lateral, dan interkalar. Sedangkan, dilihat dari asal terbentuknya, meristem dibedakan menjadi : promeristem, meristem primer dan meristem sekunder.
4.      Jaringan Dewasa adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi.
5.      Jaringan dewasa terdiri dari    : Jaringan Pelindung (Epidermis), Jaringan Dasar (Parenkim), Jaringan Penyokong (Penguat), Jaringan Pengangkut (Vaskuler) yaitu xilem dan floem.
6.      Struktur Sekresi eksternal yaitu rambut kelenjar dan klelnjar, nektaria (kelenjar madu), dan hidatoda. Struktur sekresi internal yaitu sel sekretori, ruang, dan saluran sekretoris.
B . Saran
                     Sebaiknya carilah refrensi yang memadahi untuk membuat sebuah karya ilmiah/makalah.




DAFTAR PUSTAKA

            Http://www.Google.com
Sumardi, Issirep dan Pudjoarianto , Agus. 1992. Struktur dan          Perkembangan Tumbuhan . Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta