Ada
beberapa faktor yang memepengaruhi berat badan, diantaranya adalah :
1. Kelebihan makanan
Kegemukan
hanya mungkin terjadi jika terdaapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan
makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi
kebutuhan tubuh.
2. Kekurangan aktifitas dan kemudahan
hidup
Kegemukan
dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas
fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan hidup
juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan tekhnologi
diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang
tidak memerlukan kerja fisik yang berat.
3. Faktor psikologis
Faktor
psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya
obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan
kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa
cemas, sedih, kecewa, atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan
lebih banyak untuk mengatasi perasaan-perasaan tidak menyenangkan tersebut.
4. Faktor genetik
Kegemukan
dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah
keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orangtua gemuk cenderung
memiliki anak-anak yang gemuk pula.
Dalam
hal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah unsur sel lemak
dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara otomatis akan
diturunkan kepada bayi yang serlam ini di dalam kandungan. Maka tidak heran
bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
5. Pola konsumsi makanan
Pola
makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemakserta rendah serat
memicu peningkatan jumlah penderita
obesitas. Masyarakat diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai
mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang
terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan
kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak tubuh.(Soeharto,2001)
6. Kebudayaan
Bayi-bayi
yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat. Banyak orang tua yang berusaha
membuat bayinya sehat dengan cara memberikan terlalu banyak susu, yang biasa
diberikan adalah susu botol atau formula. Bayi yang terlalu gemuk dalam usia
enam minggu pertama akan cenderung tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa
studi menunjukkan bahwa 80 % dari anak-anak yang kegemukan akan tumbuh menjadi anak-anak
dewasa yang kegemukan juga (Hutapea, 1994).
7. Faktor hormonal
Menurut
hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat (DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto,
2004).
Sistem
pengontrol yang mengatur perilaku makanan terletak pada suatu bagian otak yang
disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari
daerah lain otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua
bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makanan yaitu Hipotalamus
Lateral (HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), Hipotalamus
Ventromedial (HVM) yang bertuigas menggerakkan nafsu makan (pemberian pusat
kenyang). Dari hasil suatu penelitian didapat bahwa jika HL rusak atau hancur
makan individu menolak untuk makan atau minum (diberi infus). Sedangkan
kerusakan pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan (Mu’tadin,
2002). Pada penggunaan progesteron yang lama (jangka panjang) menyebabkan
pertambahan berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi
nafsu makan.
8. Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi gemuk. Jika seseorang
dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan
keindahan maka orang tersebut cenderung untuk menjadi gemuk.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada
dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas
yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari
(sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh
stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang
makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti
dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori
yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya
nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan
insomnia pada malam hari.
- Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
- Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
- Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
·
Aktivitas
fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat
yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas
sumber referensinya dari mana ya?
BalasHapusreferensinya dari buku apa ya ?
BalasHapus