Minggu, 24 Juni 2012

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan Eritrosit dan Leukosit



Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
·         ERITROSIT

Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan tujuan menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress (Schmidt dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990).
·         LEUKOSIT
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah putih berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu Umur, kondisi lingkungan dan musim.
Penyakit/kelainan darah :
·         Anemia, yaitu penyakit karena kurangnya sel darah merah.
·         Leukimia, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi sel darah putih, penyakit ini biasanya disebut kanker darah.
·         leucopenia,yaitu penurunan jumlah sel darah putih dalam darah.
Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari:
·         kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah
·         kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
·         kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.
Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi zat besi adalah:
·         Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
·         Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
·         Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
·         Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.


4 komentar: